Selamat Pagi,,, Ada berbagai cara mengembangkan benefit politik dalam kepemimpinan politik modern, orang menghargai kebebasan berpendapat sebagaimana harga diri jauh diatas kepentingan uang dan fasilitas. Salah satu yang dilakukan partai politik adalah memberi hadiah voucer kepada orang yang dianggap berjasa dalam membantu pengembangan partai politik tersebut. Misalnya ada Voucer yang dapat digunakan untuk mempengaruhi 50 persen suara dalam penetapan keputusan. Misalnya keputusan dalam penetapan calon gubernur oleh partai politik itu bisa saja dimiliki oleh masyarakat biasa atau seorang tokoh yang berjasa dianggap cukup kualitas dan kapasitas untuk memberi 50 persen suaranya dalam menentukan keputusan itu. Hal ini diperlukan untuk membangun kualitas keputusan dan penghargaan kepada orang yang berjasa di partai itu. Sebenarnya dalam partai politik tidak perlu terjadi perpecahan jika manajemen diberlakukan secara baik. Sebagaimana terjadi pada Prof. Amien Rais pada partai PAN dan yang d...
Taukah, Apa Yang Menjadi Permasalahan Dalam Sosiology Masyarakat Dunia Ketiga?
Begini. Ketika ada orang yang memiliki gagasan kemudian mengingat perhatiannya kepada sosialita dia menyampaikan kepada publik dan tanpa memandang status sosial karena dia mau melakukan perubahan terhadap negerinya yang dipandang sudah centang perenang.
Apa yang terjadi?
Gagasan itu kemudian ada yang salah menafsirkan. Ada yang berpikir dalam labirin kelompok primordialisme dan menganggap kelompok lain sebagai musuhnya. Yang lebih parah justru ada yang memberi advis dimana advis itu kembali ke masalah umum yang berkisar antara moralitas, sifat baik dan buruk manusia. Padahal kita sudah masuk dalam gagasan yang spesifik melalui suatu ilmu pengetahuan yang mengeleminir hal-hal umum yang sebenarnya tidak perlu lagi menjadi pembahasan.
Kalau kita masih terjebak pada pola pikir umum yang masih pada tahapan mengajarkan mana yang baik dan mana yang jahat maka kita masih dalam tahapan yang paling rendah dalam suatu perjuangan dan kita masih berada sebagai manusia statis yang melawan kodrat kita sendiri sebagai manusia dinamis.
Lantas advis itulah yang kemudian menjadi sesuatu yang ditempatkan bukan pada tempatnya. Tamsilannya ibarat orang sedang membicarakan perdamaian kemudian advis itu masih berkisar membahas sebaiknya jika begini maka tidak perlu begitu. Demikianlah datarnya kita berpikir sehingga semua urusan menjadi terbelenggu dengan ikatan patron feodalisme.
Hal ini yang telah menjerat dan membelenggu kehidupan kita hingga kita tidak berani keluar untuk berpikir bebas dan kreatif sebagaimana masyarakat lain dibelahan bumi disana. Kemudian muncullah egoisme dimana antara kita saling klaim dan membenarkan diri sehingga menjadi benteng harga diri yang keluar dari fokus dan konsentrasi kita dijalan yang sudah kita lalui. Lalu karena pertahanan keakuan itu maka semua menjadi berantakan dan kitapun menyebutnya sidroe tarek u glee sidroe tarek u laot dalam perkara tersebut.
Bukankah ini yang kita alami sepanjang masa?
Jika bukan demikian coba beri pandangan anda secara argumentatif bukan menghujat orang lain berpendapat dan membuat persepsi. Terimakasih.
Salam
Komentar
Posting Komentar