Selamat Pagi,,, Ada berbagai cara mengembangkan benefit politik dalam kepemimpinan politik modern, orang menghargai kebebasan berpendapat sebagaimana harga diri jauh diatas kepentingan uang dan fasilitas. Salah satu yang dilakukan partai politik adalah memberi hadiah voucer kepada orang yang dianggap berjasa dalam membantu pengembangan partai politik tersebut. Misalnya ada Voucer yang dapat digunakan untuk mempengaruhi 50 persen suara dalam penetapan keputusan. Misalnya keputusan dalam penetapan calon gubernur oleh partai politik itu bisa saja dimiliki oleh masyarakat biasa atau seorang tokoh yang berjasa dianggap cukup kualitas dan kapasitas untuk memberi 50 persen suaranya dalam menentukan keputusan itu. Hal ini diperlukan untuk membangun kualitas keputusan dan penghargaan kepada orang yang berjasa di partai itu. Sebenarnya dalam partai politik tidak perlu terjadi perpecahan jika manajemen diberlakukan secara baik. Sebagaimana terjadi pada Prof. Amien Rais pada partai PAN dan yang d...
Curang Dalam Demokrasi Pemerintah Bobrok, Memilih Pemimpin Lahirnya Pecundang, Memilih Pelayan Lahirnya Tuan;
https://udimi.com/a/ls6xr
https://www.youtube.com/channel/UCT4UacoMxb3082YOPH9mQ4A
Oleh : Tarmidinsyah Abubakar
💫Begitu banyak kasus-kasus pemilihan DPR, Presiden, Kepala Daerah yang berbuntut korup bahkan menjerumuskan orang yang berjabatan empuk berakhir dipenjara.
Apa sebabnya? Jadi begini, kenapa penulis sejak dulu menyuarakan sikap idealisme dalam politik, tentu supaya para politisi dan rakyat berlaku fair, sportif dalam berkompetisi dan memahami resiko bila mereka ingkar terhadap ketentuan melanggar prinsip demokrasi. Sebagai politisi muda kala itu penulis juga mempersiapkan bekal modal politik sebagai pelayan rakyat yang sebenar-benarnya modal politik.
Lalu pertanyaannya berikutnya, apakah alat transaksi Politik itu yang sesungguhnya? Alat transaksi (alat tukar dengan suara) normatifnya adalah ilmu pengetahuan, kapasitas, kredibilitas, kejujuran, sikap dan tentunya kecerdasan intelektual yang biasanya menjadi syarat ideal yg harus dipenuhi untuk mengisi jabatan sebagai pelayan masyarakat.
Bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki modal diatas? Tentu mereka memilih jalan pintas yaitu Uang untuk membelinya. Lalu kenapa mereka yang begitu dipilih? Kita kembali lagi pada kualitas dan pemahaman rakyat dalam politik. Kalau mereka tidak paham bahwa cara-cara menjual suara dengan alat politik yang benar. Maka mereka pasti menjualnya dengan Uang, kemudian sipembeli mendapatkan jabatan itu untuk apa? Jelaslah untuk mencari uang, karena mereka memang tidak punya modal untuk kemampuannya melayani rakyat dan bebicara memperjuangkan hak rakyat pada negara. Logikanya rakyat memang tidak menukar suaranya dengan pelayan oleh yang dipilih atau rakyat memang memilih tidak meninggikan derajatnya.
Hasilnya apa? Ya seperti anda lihat sekarang, ketika rakyat diperintah untuk berada di rumah maka terbukalah penderitaannya, warga hidup di becak, warga mati kelaparan, warga hidup dijalanan, anak dan bayi juga menjadi korban. Itulah ilustrasi rakyat Republik Indonesia dan Pemerintah dan Negara tidak mampu memberi pelayanan kepada rakyat sebagaimana amanat Undang-Undang dan DPR pun mencari pintu belakang.
Karena apa? Karena uang negara habis akibat politik konspirasi dimana presiden dan kepala daerah harus melunasi utang-utang kampanye. DPR juga demikian mereka hanya berpikir bagaimana kembali modal dan menambah usaha untuk bekal bila berakhir tugasnya.
Kemudian apa yang terjadi terhadap politik di suatu daerah? Secara praktis rakyat sendirilah yang telah membentuk Demagog-demagog (tokoh yang berpura seakan didepan untuk rakyat padahal mereka hanya mengurus kepentingan pribadinya) itulah penciteraan. Tugasnya yang sesungguhnya dia tak paham, tapi memperlihatkan ke rakyat dia berjuang selangit. Dampaknya apa? Ya Pembodohan Rakyat (PR).
Kenapa orang yang mempunyai ilmu dalam politik selalu kalah? Karena sebahagian besar masyarakat masih buta dalam politik dan berpikirnya sama dengan si Demagog yang kita jelaskan diatas. Karena cara pikir yang sama maka orang yang sama cara pikir itulah yang dipilih rakyat. Jika rakyat masih menyukai hal-hal yang konyol maka pemimpin yang dipilih juga pemimpin konyol. Itu Teori politik yang berdasarkan pengalaman ratusan tahun. Karena apa? ya karena rakyat memang tidak mampu memisahkan antara panggung lawak yang hiburan dengan panggung politik yang mengatur kehidupannya secara realita.
Sayangnya lama kelamaan rakyat tidak peduli dengan memilih yang benar, padahal disitulah mereka dituntut syaratnya untuk syarat berdemokrasi. Jika tidak maka rakyat juga tidak paham bahwa ruginya dimana, padahal berkarung-karung uang rakyat dijadikan milik pribadinya oleh pejabat curang tersebut. Bahkan uang negara setiap tahun hanya diperuntukkan bagi membeli tas seharga Miliaran Rupiah istri pejabat, baju dan aksesorisnya selevel dengan bintang film Holliwood. Padahal dalam hukum demokrasi mereka para pejabat yang idealnya pelayan rakyat dan seharusnya mereka tidak boleh kaya dengan uang negara apabila rakyatnya masih melarat dan masih dalam tahapan pemenuhan kebutuhan pokonya. Masa sih rakyat masih tahap urus kebutuhan primer, sementara pelayan rakyat sudah berada pada urusan kebutuhan tertier (kebutuhan barang mewah). Jika kita masih berpikir dengan akal sehat maka kita akan menyebutnya "Politik Gila"
Wallahualam,,,,,
Penulis adalah : Pemerhati politik dan sosial berdomisili di Aceh.
Komentar
Posting Komentar