head-content'/> Langsung ke konten utama

VOUCER DALAM POLITIK

Selamat Pagi,,, Ada berbagai cara mengembangkan benefit politik dalam kepemimpinan politik modern, orang menghargai kebebasan berpendapat sebagaimana harga diri jauh diatas kepentingan uang dan fasilitas. Salah satu yang dilakukan partai politik adalah memberi hadiah voucer kepada orang yang dianggap berjasa dalam membantu pengembangan partai politik tersebut. Misalnya ada Voucer yang dapat digunakan untuk mempengaruhi 50 persen suara dalam penetapan keputusan. Misalnya keputusan dalam penetapan calon gubernur oleh partai politik itu bisa saja dimiliki oleh masyarakat biasa atau seorang tokoh yang berjasa dianggap cukup kualitas dan kapasitas untuk memberi 50 persen suaranya dalam menentukan keputusan itu. Hal ini diperlukan untuk membangun kualitas keputusan dan penghargaan kepada orang yang berjasa di partai itu. Sebenarnya dalam partai politik tidak perlu terjadi perpecahan jika manajemen diberlakukan secara baik. Sebagaimana terjadi pada Prof. Amien Rais pada partai PAN dan yang d...

Aceh Sulit Berubah Akibat Pemimpin Bermental Penjajah dan Rakyat Selalu Terjajah

Oleh : 
Tarmidinsyah Abubakar

💤Sistem kepemimpinan dalam suatu masyarakat sangat menentukan keberhasilan mereka untuk berkembang baik dalam menghadapi tantangan kesejahteraan maupun dalam menghadapi kesenjangan sosial serta carut marutnya korupsi ditingkat elit yakni para pimpinan masyarakat bahkan dilingkungan wakil rakyat itu sendiri.

https://www.youtube.com/channel/UCT4UacoMxb3082YOPH9mQ4A

Sebagaimana kita ketahui bahwa Aceh berasal dari suatu kerajaan dimasa lalu dengan sistem pemerintahan sultan. Secara garis besar dapat dipastikan bahwa masyarakat dalam kesehariannya dipengaruhi oleh nilai-nilai patrilinial atau kebapakan yang juga diatur dalam kehidupan Islam. Disamping itu pengaruh ulama yang ditempatkan dalam status sosial yang setingkat lebih tinggi dari masyarakat biasa sehingga masyarakat Aceh menjadi terbiasa takzim pada gurunya. Namun ketaatan tersebut lebih terorientasi pada ajaran ilmu agama. Sementara pada bidang ilmu yang lain seperti ilmu pendidikan umum hal ini tidak terjadi sebagaimana berlaku dalam ilmu agama Islam.

Karena budaya kebapakan itu kemudian masyarakat terbiasa menyerahkan masalahnya kepada orang yang lebih dituakan. Sehingga dalam struktur kepemimpinan masyarakat di Aceh dikenal dengan Tuha Peut (Tua Empat) dan Tuha Lapan (Tua Delapan) disetiap tingkatan. Hal ini telah menjadi budaya sejak masa pemerintahan kerajaan dimasa lalu.

Berikutnya ditengah masyarakat dikenal dengan terminology gelar Teungku, Abu dan yang terakhir dimasa penjajahan Belanda ditambah dengan gelar bangsawan yang disebut dengan Teuku. Berikutnya juga ada yang disebut Sayed yang dipercaya sebagai keturunan nabi dimana mereka berasal dari tanah Arab yang nenek moyangnya datang ke Aceh dalam rangka mengembangkan agama Islam dan memilih berdomisili di Aceh. Gelar-gelar inilah yang kemudian memperkuat sistem feodal dimana masyarakat biasa akan tunduk pada pemegang gelar yang kami sebutkan sebelumnya. Penundukan tersebut terkadang terlepas dari nilai objektif apakah suatu perkara benar atau salah, sehingga gelar ini telah menyebabkan masyarakat segan dan tunduk meski tanpa diperintah sekalipun. Masyarakat biasa tentu menghindar persinggungan kepentingan dengan para begawan masyarakat dan keturunannya.

Kondisi sosial ini kemudian dipergunakan secara pragmatis dalam sistem politik memperebutkan kekuasaan ditanah Aceh yang kemudian dikenal dengan pemberontakan oleh Aceh Merdeka (AM) yang setelah itu menjadi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Hasan Tiro. Dimana banyak orang yang bergabung dan diberi gelar dengan Teungku dan Abu yang menambah mengkristalnya aroma feodalisme dalam masyarakat Aceh hingga saat ini. Pemanfaatan alat-alat feodal ini oleh Hasan Tiro tentu mudah dipahami sebagai strategy pragmatis untuk kemudahan pengorganisasian untuk kemudahan pengendalian masyarakat Aceh guna menyatukan sikap menghadapi musuh bangsa Aceh.

Dalam konteks pengendalian dan penguasaan rakyat tentunya hal ini sangat bijak tetapi dampak negatifnya adalah penundukan masyarakat biasa ini telah melemahkan mentalitasnya dalam waktu yang panjang, sehingga masyarakat Aceh pada masa rezim orde lama dan orde baru dalam negara NKRI begitu lemah posisi tawarnya bahkan jarang sekali mereka menggubris hak-haknya sebagai warga negara. Bahkan ketika terjadi konflik hak kewarganegaraan masyarakat Aceh dalam negara Indonesia menjadi warga Kelas Tiga dengan KTP merah putihnya yang berbeda dengan warga negara Indonesia lainnya.

Sepanjang sejarah bernegara kehidupan warga Aceh memang lebih banyak dalam kondisi terjajah sehingga masyarakat sulit memahami demokrasi yang didalamnya adalah segala hak dan kesetaraan hidup, hak menyatakan pendapat, hak memperoleh kemerdekaan sebagai warga negara dan hak memperoleh kedaulatannya sebagai rakyat diatas elemen pemerintah sekalipun oleh demokrasi mengatur pemerintah itu sebagai lembaga pelayan rakyat.

Sejak reformasi memang mulai terbuka pintu mempertanyakan hak warga dan dimulai adanya posisi tawar warga terhadap negara. Namun untuk pemerataan kepahaman warga negara terhadap hak dan kewajiban yang menyeluruh dan manfaat perubahan diperlukan pemahaman demokrasi yang baik bagi warga negara.

Penolakan terhadap demokrasi pada masyarakat negara tertinggal dan daerah tertinggal itu disebabkan salah pemahaman dari para politisi dan pimpinan daerahnya sehingga nyaris seluruh warga tidak menggubris pentingnya demokrasi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi di daerah kita yang telah meracuni masyarakat bahwa demokrasi itu miliknya bangsa barat, miliknya Amerika, padahal nilai-nilai demokrasi sudah diterapkan sejak kepemimpinan Rasulullah, hanya saja masa itu ilmu politik dan bernegara belum dilembagakan sebagaimana sekarang dan ruh-ruh sportifitas dalam pemilihan pemimpin rakyat masih terbatas akibat sedikitnya orang yang bersedia menjadi pemimpin tidak sebagaimana kita lihat saat ini.

Demikian pula keadilan dalam memimpin tidak menjadi tuntutan karena kepemimpinan dimasa lalu lebih kepada kekuasaan atas tanah dan fasilitas yang kemudian menjadikan masyarakat untuk patuh pada kekuasaan raja karena kebutuhan. Disamping itu dimasa lalu manusia masih dalam hirarkhi hukum rimba sehingga seorang penguasa bisa mendeklarasikan dirinya sebagai raja berbekal kesaktiannya. Dalam kehidupan kerajaan itu pejabat ditunjuk karena kekuasaan yang absolut, sebagaimana negara Inggris yang memiliki tanah atas nama kerajaan dan rakyat dalam kekuasaan kerajaan, meski sekarang mereka menerapkan demokrasi tentunya dalam batasan yang tidak menyentuh kuasa kerajaan.

Oleh karena itu jika masyarakat disuatu negara dan daerah yang ingin berubah sedangkan mereka menolak dan menjauhkan demokrasi maka tidak berbeda dengan mereka menutup pintu perubahan itu sendiri. Karena kepemimpinan demokrasi maka masyarakat memiliki hak atas kemerdekaannya. Tapi ketika pemimpin negara otoriter yang anti demokrasi maka ketika masyarakat menuntut keadilan dapat saja dijawab dengan DOM sebagaimana di Aceh pada masa Orba. Sedangkan ketika pemimpin pemerintahan yang menaganut Demokrasi ketika rakyat Aceh menuntut haknya maka dijawab dengan MOU Helsinki atau musyawarah dan kesepakatan yang fair.

________________________________
Penulis adalah Pencetus Ideology GRAM dalam politik di Aceh dan Pemimpin Politik Muda Indonesia-Amerika tahun 2013.


















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Saja Anda Sudah Cukup Paham

Taukah, Apa Yang Menjadi Permasalahan Dalam Sosiology Masyarakat Dunia Ketiga? Begini. Ketika ada orang yang memiliki gagasan kemudian mengingat perhatiannya kepada sosialita dia menyampaikan kepada publik dan tanpa memandang status sosial karena dia mau melakukan perubahan terhadap negerinya yang dipandang sudah centang perenang. Apa yang terjadi? Gagasan itu kemudian ada yang salah menafsirkan. Ada yang berpikir dalam labirin kelompok primordialisme dan menganggap kelompok lain sebagai musuhnya. Yang lebih parah justru ada yang memberi advis dimana advis itu kembali ke masalah umum yang berkisar antara moralitas, sifat baik dan buruk manusia. Padahal kita sudah masuk dalam gagasan yang spesifik melalui suatu ilmu pengetahuan yang mengeleminir hal-hal umum yang sebenarnya tidak perlu lagi menjadi pembahasan. Kalau kita masih terjebak pada pola pikir umum yang masih pada tahapan mengajarkan mana yang baik dan mana yang jahat maka kita masih dalam tahapan yang paling rendah dalam suatu ...

Dongeng Politik

"Dongeng Politik"  https://www.youtube.com/channel/UCT4UacoMxb3082YOPH9mQ4A 🌷Pengkritik Itu Ahli Politik dan Pemerintahan Disuatu negeri yang sudah centang perenang dengan kepemimpinan dimasa lalu memang sulit dipulihkan dengan waktu yang singkat, karena kerusakan pemerintah dan sosial itu sudah menjalar pada mentalitas dan moralitas. Namun ada negeri Khinzir di pinggiran gunung himalaya sana yang tidak pernah menyerah pada nasibnya. Meski sudah berantakan mereka tetap optimis mencari jalan keluar untuk masa depan rakyat bangsanya dengan berbagai ide dari masyarakatnya. Namun ide itu terbatas pada level pendukung pemerintah mereka saja.  Pada tahun berikutnya akibat kehabisan akal maka diajaklah para pengkritik untuk berpikir menyelamatkan negara itu. Karena itu juga negara dan bangsa pengkritik akhirnya si pengkritik mundur selangkah dengan menjawab "baik saya penuhi permintaan anda kali ini wahai gubernur". Pada malam kamis itu berkumpullah tokoh-tokoh utama nega...

Hati-hati Sesama Teman Partai Politik

Partai politik adalah wadah resmi tempat berkumpulnya sejumlah orang yang pada dasarnya diharapkan untuk memyampaikan aspirasi politik dan tentu wadah ini juga sekaligus menjadi lembaga pendidikan dan tempat para kader mengejar prestasi dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Namun sangat disayangkan tidak semua orang yang bergabung ke partai politik karena pengaruh ideology atau platform perjuangan partai itu tetapi ada juga yang sebahagian besar hanya mencari tempat bergaul dan mencari celah untuk mendapatkan manfaat baik pekerjaan maupun memperoleh relasi kepada petinggi partai guna mendekati eksekutif maupun legislatif di pemerintahan. Dengan ilustrasi yang penulis sampaikan maka orang dalam partai politik tidak semua berprilaku ideal dan menganggap partai sebagaimana normalnya pandangan anda, tetapi mereka ada yang melakukan sesuatu sekedar mendapatkan tempat dan pekerjaan namun merugikan anda yang benar-benar berpolitik. Justru karena itu pimpinan partai politik perlu mengat...